TUWoGSzlTUO6BSYpGSr8BUW7BA==

Form

Comment

Latihan Emosional untuk Anak yang Mudah Menyerah

Diposting oleh:Yusron Al Fajri
Latihan Emosional untuk Anak yang Mudah Menyerah

Pernah melihat anak yang begitu dihadapkan pada tugas sulit langsung bilang, “Aku nggak bisa,” atau “Udah, nyerah aja”? Perilaku ini sering dianggap sepele, padahal kalau dibiarkan, anak bisa tumbuh jadi pribadi yang mudah frustrasi dan kurang daya juang.

Nah bro, artikel ini akan bahas cara melatih kekuatan emosional anak, khususnya mereka yang cenderung mudah menyerah saat menghadapi tantangan. Tujuannya bukan menjadikan mereka keras, tapi tangguh dan fleksibel secara emosi.

Kenapa Anak Bisa Mudah Menyerah?

Sebelum melatih, penting untuk memahami dulu akar masalahnya. Anak-anak bisa mudah menyerah karena:

  • Kurangnya rasa percaya diri

  • Pengalaman gagal yang membuat trauma

  • Terlalu sering dibantu orang dewasa tanpa diberi kesempatan mencoba

  • Lingkungan yang terlalu menuntut tanpa empati

Dalam hal ini, latihan emosional bukan soal menyuruh anak “kuat” atau “jangan cengeng,” tapi bagaimana kita membekali mereka dengan kemampuan mengenali, memahami, dan mengelola perasaan saat menghadapi tekanan.

1. Ajarkan Anak Mengenali Emosi Frustrasi dan Kecewa

Anak yang mudah menyerah biasanya belum paham apa yang dia rasakan. Frustrasi sering muncul dalam bentuk marah, nangis, atau ngambek.

Latihan solutif:
Gunakan alat bantu visual emosi seperti kartu ekspresi atau cermin.
Tanya, “Kamu tadi ngerasa apa saat susah ngerjain soal itu?”
Bantu mereka menyebutkan perasaannya: “Apakah kamu kecewa? Atau kesal?”

Saat anak bisa memberi nama pada perasaan, mereka cenderung lebih tenang dalam menghadapinya.

2. Gunakan Tantangan Kecil dan Bertahap

Anak butuh rasa berhasil untuk melatih kepercayaan dirinya. Jangan langsung kasih tugas besar. Mulai dari tantangan kecil dan naikkan levelnya perlahan.

Latihan solutif:

  • Buat “Challenge Card” harian seperti:

    • Mengerjakan 5 soal tanpa bantuan

    • Merapikan mainan sendiri

    • Mencoba satu hal yang biasanya dihindari

  • Rayakan setiap kemajuan, sekecil apa pun.
    Kunci utamanya adalah: proses, bukan hasil.

3. Latih “Self-Talk” Positif Sejak Dini

Banyak anak yang menyerah karena punya self-talk negatif seperti, “Aku bodoh,” atau “Aku nggak bisa.” Ini harus dilatih untuk diganti dengan kalimat yang lebih mendukung.

Latihan solutif:
Ajak anak ucapkan kalimat penguat:

  • “Aku belum bisa sekarang, tapi aku sedang belajar.”

  • “Susah itu bukan berarti aku nggak mampu.”
    Ulangi tiap hari. Tempel di meja belajar atau tempel di kaca kamar.

4. Ajarkan Cara Mengelola Napas Saat Emosi

Saat anak frustrasi, tubuh mereka ikut tegang. Jika tidak diajarkan cara mengelolanya, mereka bisa meledak atau menarik diri.

Latihan solutif:
Latih teknik pernapasan sederhana:

  • Tarik napas 4 detik

  • Tahan 4 detik

  • Hembuskan 6 detik
    Bisa dikemas jadi permainan, misalnya: “Tiup lilin imajinasi.”

5. Beri Contoh Melalui Cerita dan Keteladanan

Anak belajar lewat cerita dan teladan. Cerita tentang tokoh yang sempat gagal lalu bangkit bisa menjadi inspirasi kuat.

Latihan solutif:

  • Bacakan buku cerita tentang kegigihan (contoh: kisah tokoh ilmuwan, atlet, atau karakter fiksi)

  • Ceritakan juga pengalamanmu saat gagal dan bagaimana kamu menghadapinya.

Anak perlu tahu bahwa menyerah bukan satu-satunya pilihan saat sulit.

6. Hindari Label Negatif

Kalimat seperti “Kamu cengeng”, “Gitu aja nangis”, atau “Kamu payah banget sih” justru akan memperkuat rasa malu dan rendah diri anak.

Latihan solutif:
Gantilah dengan kalimat yang mendorong:

  • “Aku tahu ini sulit, tapi kamu sudah berusaha.”

  • “Apa yang bisa kita coba bareng selanjutnya?”

Dorongan seperti ini akan memperkuat koneksi emosional dan membuat anak merasa didukung, bukan dihakimi.

Latih Pelan, Tapi Konsisten

Melatih kekuatan emosional pada anak itu bukan pekerjaan sehari jadi. Tapi dengan konsistensi, kasih sayang, dan strategi yang tepat, anak-anak yang mudah menyerah bisa tumbuh jadi pribadi yang kuat, tangguh, dan siap menghadapi tantangan hidup.

Ingat bro, anak nggak butuh dimarahi saat gagal. Mereka butuh dibimbing saat emosi mereka kacau. Yuk, bantu anak tumbuh dengan hati yang kokoh dan pikiran yang berani mencoba lagi.

0Komentar